
sinopsisfilm – I Saw the TV Glow adalah film horor psikologis garapan Jane Schoenbrun yang telah mencuri perhatian banyak penonton sejak penayangan perdananya di Sundance Film Festival 2024. Film ini tidak sekadar menawarkan ketegangan dan atmosfer surealis khas horor, tapi juga menyajikan eksplorasi mendalam tentang identitas, realitas, dan pelarian dari kehidupan yang membelenggu. Dengan balutan estetika tahun 1990-an yang nostalgik, film ini menjadi pengalaman sinematik yang unik, menyentuh, dan menggugah.
Menyusuri Layar Gelap Masa Remaja
Film ini membuka kisahnya dengan memperkenalkan Owen, seorang remaja pemalu yang hidup dalam kesendirian dan keterasingan di pinggiran kota Amerika. Owen tumbuh dalam lingkungan konservatif dan serba terbatas, yang membuatnya lebih banyak mengurung diri dalam dunia imajinasi ketimbang menghadapi kenyataan. Segalanya berubah ketika ia bertemu dengan Maddy, seorang siswi SMA yang lebih tua, misterius, dan penuh hasrat akan sesuatu yang lebih besar dari kehidupan monoton yang mereka jalani.
Keduanya dengan cepat menjalin ikatan emosional melalui kecintaan mereka terhadap acara televisi fiktif larut malam berjudul The Pink Opaque. Acara ini menampilkan dua gadis remaja dengan kekuatan psikis yang melawan kekuatan jahat dalam dunia alternatif. Acara tersebut bukan hanya sekadar hiburan bagi Owen dan Maddy, melainkan menjadi pelarian dan representasi dari hasrat terdalam mereka—identitas yang tidak bisa mereka ungkapkan dalam kehidupan nyata.
Ketika Dunia Fiksi Merembes ke Realitas
Seiring waktu, Owen mulai mengalami disorientasi antara realitas dan dunia televisi. Apa yang awalnya terlihat sebagai escapism mulai mengambil alih pikirannya. Owen merasa dirinya “melihat sesuatu” dalam The Pink Opaque—sebuah pesan tersembunyi, panggilan jiwa, atau bahkan cerminan diri yang sebenarnya. Ia mulai mempertanyakan siapa dirinya yang sesungguhnya, dan apakah realitas yang ia jalani selama ini hanyalah versi dunia yang sudah dipaksakan kepadanya.
Sementara itu, Maddy tampaknya semakin terobsesi dengan acara tersebut dan percaya bahwa dunia dalam The Pink Opaque benar-benar nyata. Ia bahkan meyakini bahwa dirinya dulu pernah menjadi bagian dari dunia itu, sebelum dunia “yang salah” mencurinya. Di sinilah film mulai menggali lapisan demi lapisan kegelisahan identitas, trauma masa kecil, hingga keputusasaan yang membawa seseorang untuk menggenggam kenyataan baru—meski kenyataan itu bersifat surealis dan menakutkan.
Alegori Trans dan Identitas Diri
Sutradara Jane Schoenbrun, yang secara terbuka mengidentifikasi diri sebagai transgender, menyampaikan bahwa “I Saw the TV Glow” adalah ekspresi personal tentang pengalaman disforia gender dan pencarian identitas sejati. Owen, yang di perankan dengan sangat emosional oleh Justice Smith, di gambarkan sebagai seseorang yang hidup dalam tubuh dan kehidupan yang tidak pernah ia pilih. Sedangkan Maddy, yang di perankan Brigette Lundy-Paine, menjadi simbol dari pemberontakan terhadap sistem yang menindas ekspresi jati diri.
Film ini tidak secara eksplisit menyebutkan isu transgender, tetapi simbolisme dan metaforanya sangat kuat. Setiap adegan yang tampaknya membingungkan atau surealis, justru memperdalam pesan emosionalnya: tentang bagaimana rasanya hidup di tubuh yang salah, di dunia yang tidak memahami siapa diri kita, dan bagaimana media atau dunia fiksi bisa menjadi satu-satunya tempat yang terasa nyata.
Visual Surealis dan Atmosfer Tahun 90-an
Secara visual, film ini merupakan mahakarya estetika. Schoenbrun dengan lihai menciptakan nuansa yang menyerupai mimpi buruk, namun begitu indah untuk ditatap. Mulai dari pencahayaan berwarna biru dan ungu yang mendominasi, latar kota pinggiran yang hening namun menekan, hingga suara ambient yang tidak nyaman namun menenangkan—semuanya mendukung atmosfer film secara sempurna.
Estetika tahun 1990-an yang di gunakan bukan hanya gimmick nostalgia. Justru era tersebut di pilih karena mencerminkan masa di mana televisi menjadi pelarian utama bagi generasi muda, masa ketika VHS, sinetron larut malam, dan iklan-iklan aneh menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Semua itu menciptakan suasana yang magis namun juga menakutkan.
Akting yang Menghantui
Kekuatan besar lain dari film ini adalah penampilan para pemainnya. Justice Smith menampilkan performa yang sangat intim dan menyayat hati sebagai Owen—karakter yang selalu merasa tidak berada di tempat yang tepat. Brigette Lundy-Paine sebagai Maddy memberikan perpaduan antara keberanian dan kerapuhan yang sangat kuat. Keduanya tampil seolah menyampaikan bahwa cerita mereka adalah kisah nyata yang selama ini tersembunyi dalam diri banyak orang.
Respon Kritis dan Posisi di Dunia Sinema
I Saw the TV Glow mendapatkan banyak pujian dari kritikus film internasional. Situs Rotten Tomatoes memberikan rating 84%, sementara Metacritic memberikan skor 86 yang mengindikasikan “pengakuan universal”. Kritikus memuji keunikan narasi, keberanian visual, serta kedalaman emosi yang jarang di temukan dalam film horor modern.
Film ini di anggap sebagai bagian dari gelombang baru sinema horor queer, yang tidak hanya menakut-nakuti, tetapi juga membuka ruang bagi narasi-narasi personal yang sebelumnya tidak banyak di angkat. A24, studio di balik film ini, juga di kenal sebagai rumah bagi karya-karya horor artistik dan eksperimental seperti Hereditary dan The Witch—dan I Saw the TV Glow pantas mendapatkan tempat di antara karya-karya besar tersebut.
Memandang Layar yang Memantulkan Diri
Dalam dunia yang terus memaksa kita untuk hidup sesuai norma dan ekspektasi. I Saw the TV Glow adalah pengingat kuat tentang pentingnya memiliki ruang untuk menjadi diri sendiri. Film ini menunjukkan bahwa kadang dunia fiksi—seaneh dan sesuram apapun—bisa menjadi satu-satunya tempat yang membuat kita merasa utuh.
Bagi siapa saja yang pernah merasa terasing, tersesat. Atau tidak di lahirkan dalam tubuh yang tepat, film ini bukan sekadar hiburan. Ia adalah pelukan yang gelap, namun penuh pengertian. “I Saw the TV Glow” bukan hanya film horor—ia adalah refleksi batin yang menyala dalam kegelapan.