
“Beetlejuice Beetlejuice”: Ketika Dunia Kematian Kembali Mengusik Keluarga Deetz
sinopsisfilm – “Beetlejuice Beetlejuice” bukan sekadar sekuel dari film klasik tahun 1988—film ini adalah ledakan nostalgia, kegilaan, dan keanehan khas Tim Burton yang dihidupkan kembali dalam nuansa yang lebih gelap namun tetap menyenangkan. Dalam dunia yang semakin dikuasai CGI dan efek visual bombastis, film ini justru menghidupkan kembali estetika visual praktis dan atmosfer gotik yang menjadi ciri khas Burton.
Kembali ke Winter River
Tiga dekade telah berlalu sejak peristiwa di Beetlejuice pertama. Lydia Deetz (di perankan kembali oleh Winona Ryder) kini telah dewasa dan menjadi ibu dari seorang remaja bernama Astrid Deetz (di perankan oleh Jenna Ortega). Mereka kembali ke kota kecil Winter River setelah sebuah tragedi yang membuat mereka harus menghadapi masa lalu kelam—bukan hanya dalam arti emosional, tapi juga dalam arti supernatural.
Winter River masih menyimpan misteri dan kenangan yang menyeramkan. Rumah tua yang dulu di hantui oleh pasangan Maitland kini kembali menjadi pusat aktivitas supranatural. Lydia, meski telah dewasa, tetap memiliki aura gotik dan rasa ingin tahu terhadap dunia arwah. Namun kali ini, bukan dia yang membuka gerbang neraka, melainkan putrinya sendiri—Astrid.
Astrid dan Kesalahan Fatalnya
Astrid, yang memiliki kepribadian misterius dan suka menyendiri seperti ibunya di masa muda, secara tidak sengaja menemukan model kota Winter River yang tersembunyi di loteng. Tanpa mengetahui bahaya yang mengintai, ia mengucapkan tiga kata terlarang: “Beetlejuice! Beetlejuice! Beetlejuice!”
Dengan itu, makhluk paling nakal dari dunia kematian kembali muncul: Beetlejuice (di perankan oleh Michael Keaton). Sosok nyentrik dengan kostum belang-belang ini bangkit dari dunia bawah dan siap membuat kekacauan dengan humor gelap dan tipu muslihat yang lebih gila dari sebelumnya.
Konflik Dunia Hidup dan Dunia Mati
Kembalinya Beetlejuice bukan hanya memicu kekacauan di dunia manusia, tapi juga mengganggu keseimbangan di alam baka. Dunia kematian memiliki hukum dan aturan yang harus di patuhi. Kali ini, pihak otoritas dunia kematian, yang di perankan oleh karakter baru seperti Ratu Dunia Bawah (Monica Bellucci) dan detektif roh (Willem Dafoe), mulai turun tangan karena kehadiran Beetlejuice mengacaukan urutan waktu dan arwah yang seharusnya tenang.
Astrid pun menemukan dirinya terjebak di antara dua dunia: ia masih hidup, tapi jiwanya bisa terseret ke alam baka karena keterlibatannya yang terlalu dalam. Lydia, di sisi lain, harus kembali menghadapi trauma masa lalu dan berusaha menyelamatkan putrinya dari kekacauan yang di ciptakan oleh Beetlejuice.
Ikatan Ibu dan Anak yang Diuji
Salah satu kekuatan emosional film ini adalah hubungan antara Lydia dan Astrid. Lydia, yang dulu di anggap aneh dan di jauhi, kini mencoba menjadi ibu yang melindungi. Namun, masa lalunya yang penuh luka dan ketertarikan terhadap dunia arwah membuat dia tidak bisa menjauh dari bahaya.
Astrid, meski keras kepala, mulai menyadari bahwa ibunya tidak seperti orang tua pada umumnya. Bersama-sama, mereka harus menemukan cara untuk menghentikan Beetlejuice—tanpa jatuh ke dalam jebakan yang sama seperti tiga puluh tahun lalu.
Beetlejuice: Lebih Gila dari Sebelumnya
Michael Keaton kembali menunjukkan bahwa tidak ada orang lain yang bisa memerankan Beetlejuice sebaik dirinya. Karakternya tetap nyeleneh, liar, dan tak bisa di tebak. Namun kali ini, Beetlejuice bukan hanya menjadi pengganggu: ia punya misi dan ambisi sendiri.
Ia ingin lebih dari sekadar mengusik manusia—ia ingin merebut kekuasaan di dunia kematian. Untuk itu, ia memanfaatkan Astrid sebagai jembatan antara dua dunia, dan berusaha membuat kekacauan permanen yang bisa membalikkan hukum kehidupan dan kematian.
Visual Gotik dan Estetika Klasik
Salah satu daya tarik utama film ini adalah visualnya. Tim Burton kembali dengan sentuhan khasnya: latar gotik, pencahayaan suram, dan efek praktis yang terasa nyata. Tidak seperti film modern yang terlalu mengandalkan CGI, Beetlejuice Beetlejuice memadukan efek klasik dan modern secara seimbang, menciptakan suasana yang unik dan membekas di ingatan.
Soundtrack yang di garap oleh Danny Elfman kembali memperkuat nuansa magis, menyeramkan, dan kadang lucu dalam film ini.
Kesan Nostalgia dan Penyegaran Cerita
Bagi penonton lama, kehadiran kembali karakter-karakter klasik seperti Lydia dan Delia Deetz (Catherine O’Hara) menjadi sumber nostalgia yang kuat. Namun bagi penonton baru, terutama generasi muda yang mengenal Jenna Ortega dari serial Wednesday, film ini juga menawarkan cerita yang fresh dan relevan.
Film ini berhasil menyeimbangkan elemen horor, komedi, drama keluarga, dan aksi supranatural tanpa terasa berantakan. Bahkan, banyak kritikus memuji bagaimana Beetlejuice Beetlejuice memperluas dunia dari film pertamanya tanpa kehilangan identitasnya.
Dunia Arwah Tak Pernah Benar-Benar Diam
“Beetlejuice Beetlejuice” adalah bukti bahwa dunia arwah ciptaan Tim Burton masih memiliki banyak misteri dan daya tarik. Film ini bukan hanya tentang horor atau komedi, tapi juga tentang keluarga, kehilangan, dan keberanian menghadapi masa lalu.
Dengan visual unik, akting brilian, dan cerita yang emosional sekaligus menggelikan, film ini sukses menjadi salah satu comeback terbaik tahun ini. Dan jika rumor tentang Beetlejuice 3 benar adanya, maka kita belum benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada si hantu nakal ini.
Ingat, jangan pernah mengucapkan namanya tiga kali… kecuali kamu siap menghadapi kekacauan!