
Mercy 2026, film Mercy, Chris Pratt Mercy, Timur Bekmambetov, AI judge movie, sci-fi thriller 2026, Mercy trailer, sinopsis Mercy 2026, keadilan AI, film fiksi ilmiah baru
sinopsisfilm.org – Pada tanggal 23 Januari 2026, layar bioskop akan menyajikan thriller fiksi ilmiah yang penuh ketegangan: Mercy, sebuah film di mana keadilan bukan disahkan manusia, melainkan sistem AI.
Di masa depan tak jauh, seorang detektif dituduh melakukan pembunuhan terhadap istrinya — namun bukan manusia biasa yang menilai, melainkan hakim AI yang pernah dibantunya.
Ia punya 90 menit untuk membuktikan bahwa sistem yang ia ciptakan sendiri keliru.
Inti konflik ini: apakah manusia bisa meyakinkan mesin bahwa kesalahan bisa terjadi?
Di tengah tekad dan atmosfer klaustrofobia, Mercy menjanjikan kisah psikologis dan aksi yang bercampur tema etika masa depan.
Latar & Detil Produksi
Mercy disutradarai oleh Timur Bekmambetov, yang dikenal lewat film-film aksi futuristik seperti Wanted.
Ditulis oleh Marco van Belle, dan diproduksi oleh Charles Roven, Robert Amidon, Majd Nassif, serta Bekmambetov sendiri. Pemeran utama: Chris Pratt sebagai detektif bernama Chris Raven.
Rebecca Ferguson berperan sebagai juri AI Maddox, entitas digital yang menilai kasus tersebut.
Annabelle Wallis juga hadir sebagai sosok istri yang menjadi objek tuduhan.
Pengambilan gambar dilakukan di Los Angeles mulai 18 April 2024 dan rampung 23 Mei 2024.
Chris Pratt sempat mengalami cedera pergelangan kaki pada hari keempat syuting.
Awalnya Mercy direncanakan untuk debut 15 Agustus 2025, namun akhirnya ditunda ke 23 Januari 2026.
Sinopsis & Tema Utama
Alur Cerita Singkat
Di masa depan, ketika kejahatan berat memuncak, sistem hukum berevolusi: sistem “Mercy Capital” diciptakan, di mana manusia dapat diadili oleh AI.
Detektif Chris Raven (Pratt) dituduh membunuh istrinya dan harus membuktikan dirinya tak bersalah dalam 90 menit — durasi maksimal yang diberikan sebelum AI memutuskan hukumannya.
Yang menjadi ironi: sistem AI itu sendiri dulunya didukung atau dikembangkan oleh Raven. Jadi, ia kini hidup dalam penghakiman yang ia sendiri ikut bentuk.
Permainan psikologis berkembang: ia tidak hanya berhadapan dengan bukti fisik, tetapi juga data digital — rekaman CCTV, metadata komunikasi, jejak digital, dan teknik manipulasi AI.
Sepanjang film, pertanyaan moral muncul: apakah sistem bisa menjadi hakim yang adil? Apakah manusia masih punya ruang untuk kesalahan? Apakah kebenaran bisa dieksekusi oleh kode?
Tema Besar & Simbolisme
Kepemilikan Sistem & Pengkhianatan Teknis
Kredibilitas AI tidak lepas dari tangan manusia yang merancangnya — dan terkadang manusia harus menghadapi kembali bayangan dari ciptaannya sendiri.Hak Asasi Manusia vs Otonomi Mesin
Apakah manusia masih punya hak “tidak terbukti” jika sistem digital sudah lebih unggul dalam analisis data?Waktu & Tekanan Klaustrofobia
Setting 90 menit sebagai batas waktu menguatkan ketegangan. Chris berada dalam posisi terkurung (literal & figuratif) karena terikat ke kursi teknologi tinggi. Media menyebut bahwa Pratt meminta agar dirinya benar-benar dikurung dalam kursi selama pengambilan gambar agar kesan klaustrofobia terasa nyata.Sistem Hukum Masa Depan & Pertanyaan Etis
Film ini muncul di era makin dekatnya AI dengan kehidupan sehari-hari — dan menanamkan kecemasan: sejauh mana kita rela menyerahkan penilaian ke mesin?
Karakter & Dinamika Aktor
Chris Pratt / Chris Raven — protagonis yang harus melewati ujian hidup paling berat. Karakternya kompleks: bukan pahlawan sempurna, melainkan manusia dengan ambiguitas dan beban moral.
Rebecca Ferguson / Judge Maddox (AI) — diwakili sebagai simbol objektivitas, tapi juga bisa menjadi antitesis ketika data disalahartikan.
Annabelle Wallis — perannya sebagai istri menjadikan karakter manusia yang hilang suara. Tuduhan dan ingatan lalu menjadi bahan konflik utama.
Kali Reis, Rafi Gavron, Kenneth Choi, Chris Sullivan — sebagai karakter pendukung, mereka memperkaya jaringan alibi, penggalian bukti, dan misteri tambahan.
Dalam wawancara dan ulasan trailer, film ini juga disebut-sebut memiliki “momen robodog cameramen” dan potensi ditayangkan di IMAX agar efek visualnya maksimal.
Analisis Kekuatan & Risiko
Kekuatan
Premis Menarik & Tren AI Saat Ini
Tema AI sebagai hakim sangat relevan di masa sekarang ketika isu pengawasan dan etika teknologi makin hangat.Klaustrofobia Visual & Tekanan Waktu
Dengan Chris Pratt terikat kursi 90 menit, film ini punya satu elemen visual dan tegang yang bisa menjadi daya tarik tersendiri.Nama Besar & Reputasi Sutradara
Bekmambetov punya pengalaman dengan film aksi dan thriller futuristik, kapasitas visualnya bisa mengangkat film ini dari sekadar gimmick menjadi karya berdampak.Pendekatan Cinematic & Campuran Genre
Mercy bukan sekadar thriller, tapi memadukan elemen sci-fi, kriminal, psikologis, dan etika teknologi dalam satu bingkai — yang jika dieksekusi baik, akan menggaung di komunitas fans genre.
Risiko
Konsep Terlalu Dekat dengan Film Lain
Beberapa pengulas trailer sudah menyebut bahwa Mercy memiliki nuansa Minority Report, Ex Machina, atau Law Abiding Citizen.
Jika eksekusinya tak unik, ia bisa dianggap “gimmick AI trial” generik.Ketergantungan Visual & Gimmick
Karena setting terbatas (kebanyakan adegan mungkin di kursi, ruang sidang digital), kualitas narasi, dialog, dan ketegangan psikologis harus sangat mumpuni agar tidak terasa monoton.Rating & Sensitivitas
Dengan rating PG-13/R (ada adegan kekerasan dan darah), pasar internasional mungkin terbatas, terutama di negara yang lebih sensitif terhadap tema hukuman mati dan AI.Eksekusi Teknologi & Konsistensi Naskah
Ketidakjelasan teknis dalam sistem hukum AI bisa memunculkan plot hole. Penonton kritis akan memperhatikan inkonsistensi data, logika AI, dan penanganan twist.
Ekspektasi Publik & Respons Awal
Trailer resmi sudah dirilis dan menarik perhatian tema “90 menit untuk membela diri atau dihukum.”
Kritikus menyebut Mercy sebagai langkah berikutnya Pratt dalam kariernya menuju film yang lebih serius secara tematik (bukan hanya blockbusters) — sebuah “eksperimen ambisius.”
Media hiburan menyebut bahwa film ini bisa menjadi sorotan di festival film genre atau kompetisi futuristik, terutama bila visual & ide AI-nya dikembangkan dengan matang.
Beberapa pengguna forum dan komentar trailer menyuarakan kekhawatiran bahwa filmnya akan “terjebak kursi” (Chris Pratt sebagian besar adegannya diikat) dan terlalu terpaku di dialog dibanding aksi nyata.
Potensi Dampak & Legasi
Jika berhasil, Mercy bisa menjadi film referensi AI-justice, muncul dalam diskusi etika teknologi dan film AI di masa depan.
Bisa jadi jembatan karier Pratt ke genre fiksi ilmiah berat dan pemeran yang ingin membuktikan bahwa ia bisa lebih dari film aksi ringan.
Untuk sutradara Bekmambetov, jika Mercy sukses, reputasinya makin kuat sebagai pembuat “aksi futuristik dengan narasi.”
Jika ada kelanjutan atau seri spin-off (misalnya “mercy trial” episodik), bisa berkembang ke serial atau adaptasi yang lebih luas.
Mercy 2026 hadir sebagai thriller futuristik dengan premis yang membakar: seorang detektif harus membuktikan diri dalam pengadilan AI dalam 90 menit — dengan nyawa sebagai taruhannya.
Dengan kekuatan visual, tema etika AI, dan ketegangan psikologis, film ini punya potensi untuk menjadi sorotan genre.
Namun kesuksesan Mercy sangat bergantung pada eksekusi — dari naskah tanpa plot hole, akting yang menyampaikan ketegangan, visual futuristik yang kredibel, sampai keseimbangan antara dialog & aksi.