sinopsisfilmCerita dibuka dengan kembalinya keluarga Spengler ke kota yang tidak pernah tidur, New York. Setelah petualangan supranatural mereka di Summerville, Oklahoma, Phoebe, Trevor, Callie, dan Gary Grooberson kini menetap di markas ikonik Ghostbusters — Firehouse — tempat segalanya dulu dimulai. Mereka bergabung dengan para Ghostbusters orisinal: Ray Stantz, Peter Venkman, dan Winston Zeddemore, yang kini menjadi mentor dan penjaga warisan mereka.

Ghostbusters: Frozen Empire' Review: This Sequel Left Me Cold

Namun, New York ternyata belum sepenuhnya aman dari ancaman dimensi lain. Sebuah artefak misterius dari masa lalu di temukan dan membangkitkan kekuatan kuno yang jauh lebih menakutkan di bandingkan Gozer si Penghancur.


Garraka: Musuh Baru dari Masa Beku

Artefak tersebut ternyata menyegel roh jahat bernama Garraka, entitas purba pengendali es yang mampu membekukan seluruh kota — secara harfiah dan emosional. Tidak seperti hantu biasa yang hanya mengganggu, Garraka memiliki kekuatan untuk menebarkan rasa takut dan mengubahnya menjadi suhu ekstrem, membekukan apapun yang di sentuhnya. Ia bukan sekadar roh penasaran, melainkan ancaman global yang bisa memicu kiamat es.

Tak lama setelah artefak itu terbuka, anomali iklim dan peristiwa gaib mulai mengguncang kota. Salju turun di musim panas, arwah gentayangan mengelilingi Central Park, dan laboratorium penelitian supranatural milik Winston mendeteksi lonjakan energi roh tak wajar.


Dua Generasi, Satu Perjuangan

Konflik besar di mulai ketika para Ghostbusters harus menyatukan kekuatan generasi lama dan baru. Mckenna Grace sebagai Phoebe Spengler mencuri perhatian dengan kecerdasannya, keberaniannya, dan konflik pribadinya. Di film ini, Phoebe bukan sekadar pahlawan remaja biasa — ia mengalami pergolakan batin yang kuat, merasa di kekang dan tidak di percaya karena usianya yang masih muda.

Di sisi lain, ada Gary Grooberson (Paul Rudd) yang kini berperan sebagai figur ayah sekaligus partner ilmiah Phoebe. Dinamika keluarga ini memperkuat sisi emosional film, menghadirkan tema keluarga, kepercayaan, dan warisan ilmiah yang harus di teruskan dalam menghadapi kekuatan gelap.


Misteri Melody: Arwah yang Menemani

Salah satu subplot paling menyentuh dalam film ini adalah pertemanan antara Phoebe dan Melody, hantu remaja yang muncul di taman dan menjadi teman diskusi serta pelarian dari kesepian. Chemistry antara keduanya menghadirkan nuansa yang sangat berbeda dalam narasi film Ghostbusters. Hubungan ini bukan hanya memperdalam karakter Phoebe, tapi juga memperluas batas hubungan antara dunia hidup dan mati — membuat kita bertanya, apakah semua hantu harus di basmi, atau ada yang hanya butuh teman bicara?


Aksi Seru dan Humor Khas Ghostbusters

Tak lengkap rasanya membahas film ini tanpa menyebut adegan-adegan ikonik nan jenaka. Dari aksi mengejar hantu menggunakan mobil Ecto-1 di tengah lalu lintas Manhattan, hingga kegilaan saat trap-trap ghostbuster meledak karena terlalu banyak menangkap entitas, Ghostbusters: Frozen Empire tetap mempertahankan DNA utamanya: perpaduan antara humor slapstick dan ketegangan supranatural.

Keberadaan karakter baru seperti Nadeem (Kumail Nanjiani) juga menambah warna dan energi baru. Nadeem yang awalnya terkesan hanya karakter lucu, ternyata memegang peran penting dalam aktivasi kekuatan Garraka. Perjalanan transformasinya dari warga biasa menjadi bagian penting dari tim Ghostbusters menjadi kejutan menyenangkan dalam narasi film.


New York, Kota yang Tak Pernah Lelah Bertarung

Salah satu kekuatan visual terbesar dari film ini adalah bagaimana kota New York di tampilkan. Dari jembatan Brooklyn yang di selimuti salju gaib, hingga museum yang di penuhi roh purba, kota ini menjadi latar hidup yang mendukung narasi supranatural secara megah. Efek visual “pembekuan instan” sangat memukau, walau di beberapa momen CGI terasa berlebihan.


Resolusi Penuh Makna

Pertempuran final melibatkan seluruh karakter yang ada — dari Ghostbusters klasik hingga para remaja baru. Dengan taktik, trap yang di modifikasi, dan kolaborasi lintas generasi, mereka berhasil memerangkap Garraka kembali ke dalam wadah aslinya. Tapi kemenangan itu tak datang tanpa pengorbanan. Dalam momen-momen terakhir, Phoebe harus melepas Melody — teman hantunya — sebagai bagian dari ritual penyegelan. Ini menjadi penutup yang melankolis namun bermakna. Mempertegas bahwa menjadi Ghostbuster bukan hanya soal menangkap hantu, tapi juga menyelesaikan urusan hati yang belum selesai.

Misteri Warisan: Antara Ilmu Pengetahuan dan Perasaan

Salah satu kekuatan tersembunyi dari Ghostbusters: Frozen Empire adalah bagaimana film ini menyelipkan tema tentang warisan pengetahuan dan konflik emosional antar generasi. Karakter Phoebe mewakili generasi muda yang ingin membuktikan diri di dunia yang masih di dominasi oleh pemikiran lama. Ia mewarisi kejeniusannya dari sang kakek, Egon Spengler, tetapi di saat yang sama berjuang untuk memahami jati dirinya bukan hanya sebagai ilmuwan muda. Tetapi juga sebagai manusia yang rentan dan penuh empati. Film ini berhasil menyajikan pertanyaan besar: apakah warisan harus selalu di ikuti, atau justru di tantang dan di kembangkan? Ketegangan antara rasionalitas ilmiah dan perasaan batin menjadi lapisan naratif yang membuat film ini lebih dari sekadar aksi memburu hantu — ia menjadi refleksi tentang bagaimana kita mewarisi masa lalu dan membentuk masa depan.


Ghostbusters Frozen Empire, Warisan yang Dibekukan tapi Tak Mati

Ghostbusters: Frozen Empire adalah film yang merayakan warisan panjang franchise Ghostbusters sambil memberi ruang bagi generasi baru untuk bersinar. Film ini menawarkan perpaduan solid antara aksi, drama emosional. Dan tawa lepas — semuanya di bungkus dalam atmosfer musim dingin yang mencekam dan magis.

Lebih dari sekadar kisah tentang memburu hantu, film ini adalah refleksi tentang keluarga, kepercayaan diri, dan warisan. Dan di balik semua keseruan itu, satu pesan tetap hidup: kadang yang paling menyeramkan bukan hantu. Tapi ketakutan kita sendiri yang belum di selesaikan.