sinopsisfilmDi antara jajaran film horor yang rilis pada tahun 2024, Cuckoo menjadi salah satu yang paling menarik perhatian karena pendekatannya yang tidak biasa: memadukan unsur body horror, misteri psikologis, dan atmosfer mencekam khas karya seni surealis. Disutradarai oleh Tilman Singer, sosok yang sebelumnya dikenal lewat film Luz, Cuckoo bukan sekadar film horor biasa, melainkan sebuah perjalanan menegangkan ke dalam mimpi buruk yang perlahan menggerogoti realita tokohnya di Pegunungan.

Film Review: Cuckoo - SLUG Magazine

Film ini mengundang penonton untuk tidak hanya menyaksikan teror secara visual, tetapi juga merasakan gangguan psikologis yang di alami karakter utamanya. Dengan latar Pegunungan Alpen yang dingin dan terisolasi, Cuckoo menebar ketegangan secara perlahan tapi pasti—hingga semua kenyamanan berubah menjadi kecurigaan.


Awal Cerita: Kehidupan Baru, Kengerian Baru

Film Cuckoo dibuka dengan kepindahan Gretchen (diperankan oleh Hunter Schafer), seorang remaja berusia 17 tahun yang baru saja pindah dari Amerika ke Jerman. Bersama ayah kandungnya, Luis (Marton Csokas), ibu tirinya Beth (Jessica Henwick), dan adik tirinya Alma yang bisu, mereka mencoba memulai hidup baru di sebuah resor eksklusif di daerah pegunungan terpencil.

Gretchen yang belum sepenuhnya menerima keluarga barunya, menunjukkan rasa tidak nyaman sejak awal. Keanehan mulai terasa bahkan sebelum mereka benar-benar menetap, terutama saat mereka disambut oleh Herr König (Dan Stevens), atasan Luis yang karismatik namun menyimpan aura mengintimidasi. König memperlihatkan ketertarikan aneh terhadap Alma, anak kecil yang pendiam namun penuh misteri.


Atmosfer Mencekam yang Menjerat

Begitu keluarga ini menetap, Gretchen mulai merasakan kejanggalan demi kejanggalan. Ia mendengar suara-suara aneh di malam hari, mimpi buruk berulang, dan mengalami pengalaman yang sulit dijelaskan secara logis. Ada momen ketika ia melihat sosok asing mengawasi dari kejauhan, dan kejadian-kejadian kecil yang tampaknya tidak penting mulai membentuk sebuah pola yang menyeramkan.

Yang menarik, Cuckoo tidak mengandalkan jump scare murahan. Ketegangan di bangun melalui atmosfer, pencahayaan yang minimalis, serta sound design yang jenius. Musik latar yang tidak stabil menciptakan sensasi tidak nyaman, seakan penonton sedang ikut di hantui oleh sesuatu yang tak terlihat.


Misteri Eksperimen dan Burung Cuckoo

Tanpa di sadari Gretchen, tempat ini menyimpan rahasia kelam. Ia menemukan bahwa resor tersebut bukan hanya tempat peristirahatan biasa, melainkan lokasi di mana eksperimen biologis misterius di lakukan. Beberapa penghuni resor bukanlah manusia biasa, melainkan entitas yang menyerupai manusia namun berperilaku seperti burung cuckoo—burung yang di kenal karena menaruh telurnya di sarang burung lain agar anaknya di besarkan tanpa di sadari.

Tema ini menjadi metafora kuat dalam film: identitas, manipulasi, dan pengkhianatan terhadap rasa aman. Gretchen curiga bahwa adik tirinya Alma bukan anak manusia biasa. Bahkan ia mulai mempertanyakan apakah dirinya sendiri masih bisa percaya pada ingatannya.


Performa Aktor dan Visual yang Mempesona

Salah satu kekuatan utama Cuckoo adalah penampilan akting dari Hunter Schafer. Ia berhasil menghidupkan Gretchen sebagai karakter remaja yang rapuh, namun memiliki tekad kuat untuk melawan ketakutan yang membelitnya. Emosi yang ia tampilkan terasa otentik, seolah ia benar-benar berada di ambang kehancuran mental.

Sementara itu, Dan Stevens sebagai Herr König tampil dengan performa dingin nan menakutkan. Karismanya menutupi sisi gelap yang baru terlihat setelah berbagai lapisan misteri terkuak.

Secara visual, Cuckoo juga mengesankan. Tilman Singer menggunakan film 35mm untuk memberikan tampilan kasar dan analog yang menambah nuansa vintage dan surealis pada setiap adegannya. Warna-warna gelap dan kontras tinggi memperkuat rasa isolasi dan paranoia.


Horor yang Tak Terdefinisi

Tidak seperti film horor mainstream, Cuckoo tidak menjelaskan semua hal secara gamblang. Banyak adegan dan simbolisme yang di biarkan terbuka untuk di tafsirkan. Ini bisa menjadi daya tarik sekaligus tantangan bagi penonton. Beberapa mungkin merasa bingung atau frustrasi, namun bagi yang menyukai karya yang bisa di pikirkan ulang bahkan setelah film berakhir, Cuckoo adalah santapan lezat.

Film ini juga mengangkat isu seputar kontrol tubuh, manipulasi otoritas, dan identitas diri. Semua di kemas dalam balutan horor yang tidak konvensional namun sangat kuat dalam nuansa.

Simbolisme dan Kritik Sosial dalam Balutan Horor

Salah satu kekuatan tersembunyi dari Cuckoo adalah kemampuannya menyelipkan kritik sosial melalui simbolisme yang mengerikan. Burung cuckoo yang menjadi inspirasi utama film ini bukan hanya representasi makhluk biologis, tetapi juga metafora tentang bagaimana kekuasaan dapat menyusup, mengambil alih, dan menghancurkan struktur yang paling intim—keluarga. Gretchen, yang awalnya hanya ingin beradaptasi dengan keluarga barunya, secara perlahan di paksa menyadari bahwa lingkungan yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru berubah menjadi sarang ancaman. Eksperimen yang terjadi di balik layar seolah mencerminkan kontrol sistem terhadap individu, sementara ketakutan akan kehilangan jati diri dan realitas yang semakin kabur menunjukkan keresahan masyarakat modern. Tilman Singer menghadirkan film ini tidak hanya sebagai hiburan horor, tapi juga sebagai refleksi akan dominasi, manipulasi, dan kehilangan kendali dalam kehidupan nyata.


Cuckoo, Sebuah Eksperimen Horor yang Mengguncang Batin

Cuckoo (2024) bukanlah film horor biasa. Ini adalah karya yang mengaduk emosi, memaksa penonton untuk menyelami ketakutan batin dan mempertanyakan kenyataan di balik setiap wajah yang tampak biasa. Dari awal hingga akhir, film ini bermain di wilayah abu-abu antara kenyataan dan ilusi. Antara manusia dan makhluk lain, antara keluarga dan ancaman.

Dengan akting yang kuat, visual yang menawan, serta tema yang dalam, Cuckoo menjadi film yang tak hanya menakuti, tetapi juga meninggalkan jejak dalam pikiran. Untuk penonton yang menyukai tantangan psikologis dan simbolisme gelap. Cuckoo layak di jadikan tontonan wajib.

Dan pada akhirnya, Cuckoo bukan hanya soal teror dari luar, tapi juga tentang kengerian yang tumbuh dalam jiwa manusia sendiri.