
Strange Hair Salon
Film Strange Hair Salon adalah thriller psikologis asal Hong Kong yang dirilis pada tahun 2015, disutradarai oleh Oxide Pang, salah satu dari duo sineas Pang Brothers yang dikenal lewat The Eye (2002).
Meski sekilas tampak seperti film misteri biasa berlatar salon, karya ini justru menyingkap sisi gelap dari obsesi terhadap kecantikan, identitas, dan rasa bersalah yang menumpuk di ruang-ruang kecil penuh pantulan cermin.
Cerita yang sederhana berubah menjadi labirin ketakutan, di mana setiap karakter perlahan kehilangan jati dirinya—secara literal maupun psikologis.
Latar dan Premis
Kisah Strange Hair Salon berpusat di sebuah salon kecil di distrik padat Hong Kong. Salon itu milik May, seorang penata rambut muda yang ambisius, pendiam, namun menyimpan trauma masa lalu yang tidak ia pahami sepenuhnya.
Setiap hari, ia melayani klien dengan senyum tipis, seolah hidupnya berjalan normal. Namun saat malam tiba, bayangan di cermin dan suara-suara dari ruang belakang mulai mengganggunya.
Cerita mulai bergulir ketika seorang pelanggan, Emily, datang membawa permintaan aneh: ia ingin potongan rambut yang sama seperti model di poster lama salon itu—model yang konon sudah meninggal bertahun-tahun lalu.
Dari titik itu, film mulai mempermainkan persepsi antara dunia nyata dan halusinasi. Rambut menjadi simbol kehidupan, obsesi, bahkan warisan spiritual. Di tangan Oxide Pang, salon bukan sekadar tempat potong rambut, tapi ruang metafisik tempat antara masa lalu dan masa kini bercampur.
Sinopsis Lengkap
May (diperankan oleh Michelle Wai) menjalankan salon kecil bersama temannya, June, yang lebih ceria dan ekspresif. Hubungan mereka tampak akrab di permukaan, tetapi menyimpan ketegangan tersembunyi. May kerap bermimpi tentang seorang wanita berambut panjang yang duduk di kursi salon sambil menatapnya dari cermin.
Suatu malam, seorang pelanggan bernama Emily (diperankan oleh Mandy Lieu) datang dengan permintaan misterius: ia ingin rambutnya ditata seperti perempuan dalam foto tua yang tergantung di dinding salon. Foto itu sudah ada di sana sejak May mengambil alih salon, namun ia tidak tahu siapa wanita di dalamnya. Saat permintaan itu dikabulkan, serangkaian kejadian aneh mulai terjadi.
May mulai mendengar bisikan di ruang bilas rambut, cermin-cermin berembun tanpa alasan, dan rambut potongan pelanggan yang seolah bergerak sendiri di lantai. Salah satu pelanggan mengalami kecelakaan setelah meninggalkan salon, dan rumor menyebar bahwa salon May dikutuk.
Di tengah kekacauan itu, hubungan May dan June retak. June menuduh May membawa “aura buruk”, sementara May merasa June menyembunyikan sesuatu tentang masa lalu salon tersebut. Dalam salah satu adegan intens, June menemukan potongan rambut manusia disimpan dalam kotak kaca di ruang bawah tanah. Potongan rambut itu identik dengan milik wanita dalam foto tua.
Misteri dan Simbolisme
Oxide Pang membangun ketegangan bukan dengan teriakan atau darah, tapi dengan suasana tak nyaman yang terus menekan. Kamera sering bergerak lambat di sekitar cermin dan gunting, menghadirkan ilusi optik yang membuat penonton bertanya-tanya: siapa yang sebenarnya ada di ruangan itu?
Cermin menjadi simbol utama film. Setiap pantulan tidak selalu menampilkan kenyataan yang sama. Bagi May, cermin adalah batas antara kesadaran dan rasa bersalah.
Rambut, di sisi lain, menjadi metafora identitas dan masa lalu. Dalam beberapa budaya Asia, rambut melambangkan roh seseorang. Ketika rambut dipotong, sebagian dari jiwa ikut terlepas. Film ini memanfaatkan mitos itu dengan cerdas.
Dalam adegan penting di paruh kedua, May memutuskan untuk memotong rambutnya sendiri di depan cermin tengah malam. Saat potongan rambut jatuh ke lantai, bayangan di cermin tetap menatapnya—tidak mengikuti gerakannya. Dari situ, penonton tahu bahwa May sedang kehilangan kendali atas realitas.
Konflik dan Klimaks
Cerita mencapai titik klimaks ketika Emily kembali ke salon untuk “memperbaiki potongan” yang katanya terasa salah. Tapi begitu kursi diturunkan, Emily menatap May dengan ekspresi kosong dan berkata, “Kau tahu siapa aku, bukan?”
Kalimat itu memicu ingatan yang terkubur dalam benak May. Ia mulai teringat masa kecilnya: saat ibunya, juga seorang penata rambut, meninggal misterius di tempat yang sama. Foto tua di dinding ternyata adalah ibunya sendiri.
Salon yang ia warisi bukan sekadar bisnis keluarga, melainkan tempat kematian dan penyesalan.
May menyadari bahwa Emily bukan manusia biasa, melainkan manifestasi dari rasa bersalah yang diwarisi dari ibunya. Emily adalah “pelanggan terakhir” sang ibu, yang tewas akibat kecelakaan di kursi salon setelah pertengkaran hebat.
Dalam konfrontasi terakhir, cermin salon retak, lampu padam, dan rambut-rambut beterbangan seperti hidup. Adegan itu bukan hanya klimaks visual, tapi juga simbol pelepasan. May berteriak memotong rambutnya sendiri hingga pendek, seolah berusaha memutus siklus teror yang menurunkan rasa bersalah lintas generasi.
Ketika pagi datang, salon tampak tenang. May duduk sendirian di kursi pelanggan, rambutnya pendek tak rapi, tapi wajahnya damai. Namun di pantulan cermin, sosok Emily masih berdiri di belakangnya—memandang tanpa kata.
Tema Utama
Kecantikan dan Trauma
Film ini menggambarkan bagaimana kecantikan bisa menjadi topeng untuk menyembunyikan luka. Salon, tempat transformasi visual, menjadi lokasi ideal untuk mengungkap trauma yang tak terlihat.Warisan Dosa dan Rasa Bersalah
Kisah May adalah alegori tentang dosa yang diwariskan, bukan melalui darah, tapi melalui ruang dan ingatan. Setiap orang yang bekerja di tempat itu membawa bagian dari kesalahan masa lalu.Dualitas dan Identitas
May dan Emily mencerminkan dua sisi manusia: yang mencoba melupakan dan yang menuntut diingat. Film ini mengajak penonton mempertanyakan, siapa yang sebenarnya nyata?Cermin sebagai Penjara Jiwa
Cermin di film ini bukan sekadar alat refleksi, tapi ruang terperangkapnya jiwa-jiwa yang belum selesai berdamai dengan masa lalunya.
Gaya Visual dan Suasana
Sebagai karya Oxide Pang, Strange Hair Salon menampilkan visual yang khas: pencahayaan kontras, tone dingin kebiruan, dan framing simetris yang mengundang rasa cemas.
Ruang salon ditata seperti labirin kecil—penuh pintu sempit, kaca besar, dan lampu neon yang bergetar. Kamera sering menggunakan close-up ekstrem pada rambut, air, atau mata, menciptakan sensasi intim sekaligus menakutkan.
Sound design juga berperan besar. Tidak ada musik pengiring konvensional; hanya bunyi gunting, tarikan rambut, dan suara napas. Semua dirancang untuk menciptakan atmosfer claustrophobic.
Film ini terasa seperti The Ring yang dikawinkan dengan Black Swan, tapi dalam konteks urban Hong Kong yang padat dan modern.
Baca juga tentang :
- The Puppet (2013) – Ketika Keinginan, Dosa, dan Luka Menjadi Boneka
- Rounders (1998) – Poker, Moralitas, dan Dunia di Atas Meja Hijau
Pemeran dan Penampilan
Michelle Wai sebagai May
Ia tampil luar biasa, memadukan keheningan dan kegilaan dengan cara yang subtil. Ekspresinya sering kosong, tapi di balik itu tersimpan ketegangan emosional yang konstan.
Transformasi karakternya dari penata rambut tenang menjadi wanita yang kehilangan realitas dilakukan dengan penuh kendali.Mandy Lieu sebagai Emily
Sebagai antagonis ambigu, Lieu menghadirkan aura misterius. Ia tidak pernah benar-benar tampak jahat, tapi selalu mengancam. Karakternya mengaburkan batas antara korban dan arwah pembalas dendam.Bonnie Xian sebagai June
Figur yang berfungsi sebagai jembatan realitas. Melalui matanya, penonton masih punya pijakan logika. Kehadirannya juga menambah dinamika sosial antara pekerja salon dan teman dekat.
Kritik dan Penerimaan
Saat dirilis, Strange Hair Salon mendapat ulasan campuran dari kritikus Asia.
Beberapa memuji keberanian Oxide Pang untuk meninggalkan formula jumpscare dan memilih pendekatan atmosferik.
Namun sebagian lain menilai film ini terlalu simbolik dan lambat.
Meski begitu, secara artistik film ini menjadi salah satu karya underrated dalam film horor psikologis Asia dekade 2010-an.
Secara tematik, film ini dekat dengan karya-karya seperti Re-Cycle (2006) atau Dream Home (2010) — sama-sama menggunakan realitas urban modern sebagai latar bagi teror batin manusia.
Interpretasi Psikologis
Banyak penonton menganggap Strange Hair Salon sebagai alegori depresi.
Salon mencerminkan ruang dalam pikiran May, di mana setiap kursi dan cermin adalah fragmen kenangan yang belum selesai.
Emily mewakili sisi dirinya yang menyalahkan masa lalu, sementara June mewakili bagian rasional yang mencoba menolong.
Ketika Emily “mati” di akhir, itu sebenarnya bukan pembunuhan, melainkan penyembuhan internal.
Dalam konteks psikologi, film ini menggambarkan proses shadow integration — ketika seseorang akhirnya mengakui sisi gelap dirinya agar bisa sembuh.
Ketakutan utama May bukan hantu, melainkan dirinya sendiri.
Film ini menyinggung obsesi manusia terhadap penampilan dan penghapusan masa lalu. Dalam budaya modern, salon menjadi tempat menghapus jejak lama: potongan rambut, warna baru, gaya baru.
Namun film ini bertanya, apakah manusia benar-benar bisa menghapus masa lalu, atau hanya menutupinya sementara?
Oxide Pang menutup film tanpa resolusi jelas. Ia ingin penonton merasa tak nyaman karena kenyataan bahwa kita semua menyimpan “salon” di kepala kita masing-masing — tempat di mana versi lama diri kita terus menatap dari cermin, menunggu untuk dihadapi.
Strange Hair Salon bukan film horor konvensional. Ia lebih dekat ke psychological haunting, di mana ketakutan datang dari memori, bukan makhluk gaib.
Dengan atmosfer padat, simbolisme kuat, dan akting solid, film ini berhasil menempatkan dirinya di antara karya-karya Asia yang membahas trauma perempuan dengan cara halus tapi menakutkan.
Film ini mengajak penonton menyadari bahwa tempat paling berbahaya bukan rumah tua atau kuburan, melainkan ruang sehari-hari yang tampak aman—seperti salon rambut tempat manusia berusaha tampil sempurna, sambil menyembunyikan luka yang tak bisa dipotong habis.








